Skip to main content

Kenapa perlu baca Al-Quran walaupun enggak paham


Sebenarnya tulisan kali ini bukan murni ide saya. Tapi ini bersumber dari video yang saya lihat di youtube. Saya share aja disini videonya, jadi kalau kalian mau nonton (lebih tepatnya dengar) boleh. Tapi maaf kalo mengecewakan karena yang buat sepertinya hanya menekankan pada inti cerita daripada visualisasinya, mudahnya cuma gambar dan suara aja hehehe.

Jadi sangat efektif jika teman-teman baca tulisan saya aja #PD. Tapi karena videonya berbahasa Inggris, jadi ada satu keuntungan melihatnya, tepat! melatih listening kallian.


Ini cerita versi terjemahan listening saya, jadi kalo ada missinterprete dari yang seharusnya, saya minta maaf saja sebelumnya hehehe.

Judul: A Basket of Water (Keranjang Air)

Ada seorang kakek yang tinggal bersama cucunya, di salah satu negara bagian di USA, tepatnya di timur Kentucky *intermezzo: tempat lahirnya Colonel Sanders yang menciptakan KFC

Sang kakek sangat taat dan setiap pagi selalu duduk di dapurnya dan membaca Quran (saya juga gak tau kenapa harus dapur, tapi saya jamin pendengaran saya, dia bilang "kitchen" di videonya).

Cucunya semacam sangat mengagumi kakeknya dan selalu ingin bisa seperti beliau, sehingga dia akan melakukan apapun untuk bisa meniru kebiasaan-kebiasaan kakeknya, termasuk membaca Quran di pagi hari.

Namun suatu hari, sang cucu bertanya kepada kakeknya. "Kakek, apa manfaatnya membaca Quran? toh saya tidak memahami isinya, dan sekalipun ketika saya paham, saya akan langsung lupa lagi segera setelah saya selesai membacanya."
Kakeknya yang bijak menjawab "ambillah keranjang yang kotor itu dan tolong bawakan kakek sekaranjang air dari sungai" (maaf kalo agak waguh, jujur saya sedikit bingung juga menerjemahkannya hehe)

oh ya sebelum saya lanjutkan, patut diingat, permukaan keranjang tidak tertutup rapat, artinya banyak lobang disana-sini, contoh keranjang adalah preview yang kalian lihat di video di atas. Ini penting untuk diketahui demi kelancaran pemahaman inti dari cerita ini.

Oke lanjut.



Lalu sang cucu pergi  ke sungai mengangkat air dengan keranjang dan berjalan secepat mungkin menuju dapur. tapi seperti yang sudah ia duga, air itu sudah habis sebelum ia sampai di tempat kakeknya. Si kakek tertawa dan berkata "kamu harus berlari lebih cepat lagi".
Cucunya kembali ke sungai untuk mengulanginya, tapi lagi-lagi, air di dalam keranjang sudah habis sebelum ia tiba di rumah. Dengan nafas terengah-engah dia mengeluh pada kakeknya "ini tidak mungkin bisa dilakukan". Kakeknya tertawa dan menjawab "kamu tidak berusaha cukup keras."
Pada titik ini, ia sadar ini tidak akan mungkin, tapi bagaimanapun juga ia tetap melakukannya karena ingin menunjukkan pada kakeknya bahwa tidak peduli seberapa cepat pun dia berlari, airnya tetap akan habis sebelum ia sampai ke rumah.
Kemudian si cucu keluar lagi dan mencoba lagi untuk kesekian kalinya. Begitu ia kembali ke rumah, lagi-lagi, airnya sudah habis.
Cucu: "tuh kan kek, lihat, ini semua sia-sia"
Kakek: "jadi kamu berfikir ini semua sia-sia? sekarang lihat keranjang itu"
Cucunya melihat ke arah keranjang dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu berbeda dengan ketika pertama kali ia mengambilnya.
Keranjang itu sudah berubah dari yang awalnya adalah keranjang yang kotor, dan sekarang menjadi keranjang yang bersih luar dan dalamnya.
Kakek: "nak, itulah yang terjadi saat kita membaca Quran. Kamu mungkin tidak mengerti atau mengingat semuanya, tapi ketika kamu membacanya, kamu akan berubah dari dalam ke luar. Begitulah cara kerjanya".

Demikian ceritanya. Ketika saya pertama kali melihat videonya, saya semacam merinding, mungkin karena saya mengakui bahwa benar adanya. Entah kenapa, ketika saya membaca Quran tanpa membaca artinya, saya tetap merasakan ada perubahan dalam akhlak/ perilaku saya, apalagi ketika saya baca artinya dan saya paham, efeknya jauh lebih hebat lagi, dan walaupun setelah itu saya lupa (ya karena itulah sering-sering dibaca biar gak lupa hehe)

Jadi kalo teman-teman baca dan merasa biasa-biasa aja, percayalah itu karena terjemahan saya agaknya kurang membantu, ada baiknya dengar langsung videonya.


Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Confidence Level dan Significance Level dalam Statistik

"Kenapa harus 95% confidence level?" tanya Anton, mahasiswa yang duduknya selalu di baris paling belakang sayap kiri. Sebuah pertanyaan yang bahkan ahli statistik pun memilih untuk mengatakan itu sebagai nilai moderate biar tidak memusingkan mahasiswa. Pak Zaki hanya manggut menunggu usaha tim presenter untuk menjawab pertanyaan klasik tersebut. Pandu yang paling vokal diantara anggota lainnya mulai membuka suara. Aku memperhatikan sesaat jawabannya. Tidak paham. -- Brain Games sebuah acara menarik di channel National Geographic menghibur diriku sore itu. Seorang pesulap mendekati pria secara acak untuk diajak bermain. "Kau tau berapa panjang sungai Amazon?" tanya si pesulap. Pria tersebut dengan segera menggelengkan kepala. Tampak soalnya terlalu susah. "Baiklah, biar aku permudah. Sebut saja sebuah interval angka antara berapa dan berapa kilometer panjangnya" kembali si pesulap menantangnya. 1 detik... 2 detik... 3 de...

Bagaimana Menentukan Ho dan H1?

Aku pernah berdiskusi dengan temanku Fe tentang penentuan hipotesis dalam statistik. waktu itu lagi bahas hm.. regresi linear kalo gak salah.. setelah lama ngobrol sambil aku bolak- balik catatannya dia yang super rapi itu, sampailah aku pada pertanyaan "terus yang membedakan H0 dan H1 apa dong?" sambil aku menatap bego, terus dia jawab "ya.. kalo H1 itu kan hipotesis yang (berbau) positif, dan H0 itu yang negatif" namun ada keraguan dalam nada suaranya. Karena pingin buktiin kata si Fe, akhirnya aku search2 lagi (padahal udah ngambil kelas statistik industri tapi belom paham2 juga hehehe). Karena aku gak terlalu suka buku statistik yang terlalu matematik (a.k.a gak paham), akhirnya aku cari yang isinya lebih banyak ceritanya daripada rumus, ketemulah buku "Intermediate Statistics for DUMMIES". Batinku "gue bgt nih judulnya". Eh benar, penjelasannya amazing! bukunya penuh joke jadi bacanya asyik bgt. secara singkat H0 adalah hipotesis/ asums...

Expect LESS.

Aku sudah sering banget dengar kata-kata diatas "Give more, expect less" , yang kurang lebih artinya "sedikit berharap banyak memberi". tapi suatu kisah tentang Nabi Muhammad SAW, membuat kata-kata itu menjadi lebih bermakna lagi buat aku. Beliau memberi contoh bahwa kita dituntut untuk memberi lebih banyak, atau memberi dengan pemberian yang lebih baik dengan contoh yang sederhana; menjawab salam. Ceritanya singkat aja. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” . Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW menjawab: ”Wa’alaika". perhatikan deh. Orang pertama: Keselamatan at...