Skip to main content

Review Buku: 99 Cahaya di Langit Eropa

Setelah 2 minggu baca novel ini, akhirnya khattam juga. Salah satu novel yang menurut aku sangat inspiratif. Novel karangan Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Al-Mahendra.

Sebenarnya pertama kali lihat sampulnya agak aneh juga, biasanya pengarang novel kan satu orang aja, tapi ini bisa duet gini, eh ternyata mereka istri-suami. Sorry, aku tulis istri nya dulu, bukan karena aku wanita, tapi karena aku sangat yakin, penulis dominan novel ini adalah sang istri yang notabene seorang jurnalis, dan sang suami sepertinya menuangkan ide-ide saja tanpa terlibat penyusunan novel itu sendiri #soktau

Kebetulan aku penikmat sejarah, jadi pertama kali baca prolog novel ini aku langsung tau aku akan jatuh cinta dengan keseluruhan cerita yang ada di novel ini. Demikianlah aku percaya cinta pada halaman pertama.

Ini bukan novel thriller, bukan pula fantasi, hanya fakta dan bersumber dari pengalaman pribadi penulisnya sendiri. Pengungkapan fakta-fakta sejarah dalam novel ini mirip dengan gaya penyampaian Dan Brown - penulis The Da Vinci Code, hanya saja minus ketegangannya. Namun yang pasti, novel ini memberikan pengetahuan yang luas tentang sejarah peradaban Islam di negera- negara Eropa. Sudut pandang penulis tentang isu-isu Islam/Muslim juga bercampur dengan fakta dalam novel ini. Walaupun demikian, penulis mampu menyeimbangkan antara opini yang positif dan negatif, sehingga membuatnya tetap objektif, karena pada dasarnya tidak ada yang mutlak di hidup ini. Dengan demikian novel ini bisa diterima tanpa menimbulkan kontroversi.



Hanum mampu menangkap sisi menarik tentang Eropa. Definisi menarik disini adalah aku benar-benar baru mendengarnya. Misalnya tentang restoran ala Pakistan di Wina yang memiliki konsep "all you can eat, pay as you wish", bukan buffet loh ya, konsep itu dalam makna yang sebenarnya tanpa "tapi" atau tanda bintang kecil di bawahnya. Setelah searching di Google, inilah salah satu foto makanan tentang Der Weenar Deewan Restaurant.

source:  http://azrihaeatsworld.xanga.com
Itu kare ayam. Intinya, dari gambar itu menunjukkan, bukan mentang-mentang bisa makan sepuasnya dan bayar semaunya lantas menunya cuma sayur atau ngemil kacang. Justru daging dan makanan berat lainnya menjadi menu utama di restoran ini. Ini kutipan yang punya gambar dan pernah makan disitu.

Moolgy had told me about this all you can eat Pakistani place in Vienna that not only can you eat as much as you want...but you can pay whatever you want...
So i was totally down to try the food...expecting it to be horrible since you can pay one penny if you want...
But believe you me...boy was i wrong about that...the food kicked me in my face into submission quite easily...

Enough with the food. Ada juga rumor tentang Axe Historique di Paris dimana beberapa bangunan bersejarah Paris membentuk satu garis lurus dari Barat laut ke Timur Tenggara.


Axe Historique di Paris
Bentangkan gambaran peta dunia yang besar di kepalamu, dan kamu akan menemukan bahwa yang menarik adalah garis lurus tersebut jika diteruskan terus menembus batas negara Perancis, maka garis tersebut mengarah langsung pada Ka'bah di Mekkah, itu semua satu paket dengan hipotesa bahwa Napoleon Bonaparte- Jenderal dan Kaisar Perancis sekaligus Bapak pemilik ide Axe Historique adalah seorang muslim sebelum akhirnya ia meninggal dunia.

Selain itu, fakta sejarah yang diceritakan juga mampu menginspirasiku untuk bermimpi ke tempat-tempat tersebut kelak, melihat langsung saksi perjalanan peradaban Islam di bumi Eropa. Pokoknya setelah baca novel ini, I won't see Europe the same way again!

Terakhir, tentang epilog novel ini, uh sungguh menggetarkan hati. Setelah perjalanannya menapaki jejak Islam di Eropa, akhirnya Hanum kembali pada titik nol, pada titik dimana semua (Islam) bermula, Mekkah Al-Mukarramah. Mataku bahkan sampai berkaca-kaca membacanya. Hanum benar-benar memiliki talenta untuk mendiskripsikan perasaanya dan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Yang benar-benar membuat aku tersentuh adalah ketika dia menulis tentang wahyu pertama yang turun pada Nabi Muhammad SAW.
"Malam itu Jibril tidak meminta Muhammad untuk solatlah atau puasalah, tetapi bacalah!" dan itu terulang hingga 3 kali. "Bacalah!" Muhammad diam tidak mengatakan apapun. "Bacalah!" kini Jibril mendekapnya erat. Muhammad takut, ia merasakan tubuhnya bergetar. Lalu yang ketiga kalinya Jibril mengulangi "Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan".
Ia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling mulia. Yang mengajarkan manusia (dengan perantaraan) kalam. Ia mengajarkan pada manusia apa yang belum diketahuinya". (QS. Al'Alaq: 1-5).

Karena saking menyentuhnya kata-kata itu, alhasil lah aku post di twitter. Ada beberapa yang me-RT tanda setuju.



Dan ada satu temanku yang me-RT sambil memberi komentar begini.



Aku shocked aja bacanya, aku jadi berfikir apa aku udah salah tulis ya. untuk menghindari beberapa orang yang mungkin juga berfikiran sama dengan temanku itu, jadi aku RT jawabanku ke dia.


Ya semoga saja tidak semakin menyesatkan. Lalu aku minta juga dia untuk membaca sendiri bukunya agar bisa memahami sudut pandang penulisnya secara utuh. Gitu deh...

Makasih udah mampir :)


---v---

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Confidence Level dan Significance Level dalam Statistik

"Kenapa harus 95% confidence level?" tanya Anton, mahasiswa yang duduknya selalu di baris paling belakang sayap kiri. Sebuah pertanyaan yang bahkan ahli statistik pun memilih untuk mengatakan itu sebagai nilai moderate biar tidak memusingkan mahasiswa. Pak Zaki hanya manggut menunggu usaha tim presenter untuk menjawab pertanyaan klasik tersebut. Pandu yang paling vokal diantara anggota lainnya mulai membuka suara. Aku memperhatikan sesaat jawabannya. Tidak paham. -- Brain Games sebuah acara menarik di channel National Geographic menghibur diriku sore itu. Seorang pesulap mendekati pria secara acak untuk diajak bermain. "Kau tau berapa panjang sungai Amazon?" tanya si pesulap. Pria tersebut dengan segera menggelengkan kepala. Tampak soalnya terlalu susah. "Baiklah, biar aku permudah. Sebut saja sebuah interval angka antara berapa dan berapa kilometer panjangnya" kembali si pesulap menantangnya. 1 detik... 2 detik... 3 de...

Bagaimana Menentukan Ho dan H1?

Aku pernah berdiskusi dengan temanku Fe tentang penentuan hipotesis dalam statistik. waktu itu lagi bahas hm.. regresi linear kalo gak salah.. setelah lama ngobrol sambil aku bolak- balik catatannya dia yang super rapi itu, sampailah aku pada pertanyaan "terus yang membedakan H0 dan H1 apa dong?" sambil aku menatap bego, terus dia jawab "ya.. kalo H1 itu kan hipotesis yang (berbau) positif, dan H0 itu yang negatif" namun ada keraguan dalam nada suaranya. Karena pingin buktiin kata si Fe, akhirnya aku search2 lagi (padahal udah ngambil kelas statistik industri tapi belom paham2 juga hehehe). Karena aku gak terlalu suka buku statistik yang terlalu matematik (a.k.a gak paham), akhirnya aku cari yang isinya lebih banyak ceritanya daripada rumus, ketemulah buku "Intermediate Statistics for DUMMIES". Batinku "gue bgt nih judulnya". Eh benar, penjelasannya amazing! bukunya penuh joke jadi bacanya asyik bgt. secara singkat H0 adalah hipotesis/ asums...

Expect LESS.

Aku sudah sering banget dengar kata-kata diatas "Give more, expect less" , yang kurang lebih artinya "sedikit berharap banyak memberi". tapi suatu kisah tentang Nabi Muhammad SAW, membuat kata-kata itu menjadi lebih bermakna lagi buat aku. Beliau memberi contoh bahwa kita dituntut untuk memberi lebih banyak, atau memberi dengan pemberian yang lebih baik dengan contoh yang sederhana; menjawab salam. Ceritanya singkat aja. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” . Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW menjawab: ”Wa’alaika". perhatikan deh. Orang pertama: Keselamatan at...