Skip to main content

Bunga Bank, Sang Pahlawan di Tengah Inflasi


Need some cash?
(Photo of Imanta)
Sejauh ini pemahamanku tentang riba adalah mengambil keuntungan dengan cara menambahkan "bunga" pada orang yang meminjam uangku, sehingga kelebihan dari pembayaran pokok adalah keuntungan yang aku terima. Kurang lebih begitulah serial TV religius "rentenir mati terhina" di TPI mendefinisikannya.

Bank yang merupakan bentuk elegan dari rentenir berfungsi mengumpulkan uang dari kita yang menabung dan meminjamkannya pada mereka yang membutuhkan. Bunga adalah "hadiah" yang diterima penabung, dan disaat yang sama adalah "harga" yang harus dibayar oleh peminjam.

Sedikit mengulang dulu sebelumnya, nilai uang dibagi menjadi 3 jenis:
1. Nilai nominal (nilai yang tertulis pada uang itu)
2. Nilai intrinsik (nilai atau harga bahan yang digunakan untuk membuat uang tsb.)
3. Nilai riil (nilai atau daya tukar uang untuk membeli sejumlah barang atau jasa tertentu)
Kebanyakan nilai uang yang akan disinggung disini adalah nilai riil.

Kita kembali, riba dalam Islam adalah haram, dan karenanya bunga pun diasosiasikan begitu. Tapi jika kita meletakkan definisi bunga dalam konteks untuk berusaha melawan inflasi, aku jadi tidak paham kenapa bunga menjadi begitu buruk.

Maksudku begini, kenaikan harga barang/ jasa yang lebih dikenal dengan istilah inflasi menurunkan nilai riil dari uang. Bunga, disaat yang sama hadir sebagai pahlawan untuk mengompensasi nilai riil yang turun akibat inflasi.

Misalkan saja tahun 2012:
Harga 1 roti = Rp 1.000
Membeli 10 roti = Rp 10.000

Inflasi (expected) tahun 2013 = 5%

maka tahun 2013
Harga 1 roti = Rp 1.050
Membeli 10 roti = Rp 10.500

perhatikan dampak inflasi, untuk membeli sejumlah roti yang sama, kita harus mengeluarkan uang lebih banyak Rp 500 daripada tahun sebelumnya.

Sekarang, misalkan saja awal tahun 2012 aku menabung di bank yang memberikan bunga 5% per tahun.
Tahun 2012 tabunganku = Rp 1.000
dengan bunga 5% per tahun, maka tahun 2013 tabunganku akan menjadi Rp 1.050.

Dengan berbunga-nya uangku sebesar Rp 50, terus aku harus bilang hore gitu?
Bentar dulu, nilai nominal uangku memang bertambah, tapi nilai riilnya tidak, dengan kata lain tetap saja aku cuma bisa beli 10 roti tahun depan, tidak lebih.

Sekedar informasi, bunga bank yang ditetapkan pada tabungan kita di bank, misalnya BNI dengan Taplus BNI, BCA dengan Tahapan BCA, BRI dengan BRI Simpedes dll itu jauh dibawah tingkat inflasi.

Sebut saja BNI Taplus menetapkan bunga 0.00 - 2.25% per tahun. Sedangkan inflasi terakhir sebesar 4.30%. Jadi walaupun uang kita bertambah 2.25% lebih banyak tahun depan, tapi dengan tingkat inflasi yang jauh lebih tinggi, uang yang berbunga tadi tetap belum mampu menyaingi kenaikan harga.

Jadi sampai detik ini aku masih mencari-cari dimana ribanya.

Btw, sebelum ada yang terlanjur mengeneralisir, aku tadi hanya bicara tabungan umum. Karena jika kita berniat untuk investasi misalnya dalam bentuk deposito, bunga untuk produk itu memang cenderung lebih tinggi dari inflasi. Sebut saja BNI deposito12 bulan memberikan bunga 5.00 - 5.25% per tahun, sehingga return yang didapat sebenarnya bukan 5.25% melainkan 0.95% (5.25% - 4.30%). Ya namanya juga investasi, harapannya harus dapat lebih banyak di masa depan, dan aku no comment dulu untuk yang beginian.

referensi
data inflasi dan suku bunga acuan (BI rate):
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Confidence Level dan Significance Level dalam Statistik

"Kenapa harus 95% confidence level?" tanya Anton, mahasiswa yang duduknya selalu di baris paling belakang sayap kiri. Sebuah pertanyaan yang bahkan ahli statistik pun memilih untuk mengatakan itu sebagai nilai moderate biar tidak memusingkan mahasiswa. Pak Zaki hanya manggut menunggu usaha tim presenter untuk menjawab pertanyaan klasik tersebut. Pandu yang paling vokal diantara anggota lainnya mulai membuka suara. Aku memperhatikan sesaat jawabannya. Tidak paham. -- Brain Games sebuah acara menarik di channel National Geographic menghibur diriku sore itu. Seorang pesulap mendekati pria secara acak untuk diajak bermain. "Kau tau berapa panjang sungai Amazon?" tanya si pesulap. Pria tersebut dengan segera menggelengkan kepala. Tampak soalnya terlalu susah. "Baiklah, biar aku permudah. Sebut saja sebuah interval angka antara berapa dan berapa kilometer panjangnya" kembali si pesulap menantangnya. 1 detik... 2 detik... 3 de...

Bagaimana Menentukan Ho dan H1?

Aku pernah berdiskusi dengan temanku Fe tentang penentuan hipotesis dalam statistik. waktu itu lagi bahas hm.. regresi linear kalo gak salah.. setelah lama ngobrol sambil aku bolak- balik catatannya dia yang super rapi itu, sampailah aku pada pertanyaan "terus yang membedakan H0 dan H1 apa dong?" sambil aku menatap bego, terus dia jawab "ya.. kalo H1 itu kan hipotesis yang (berbau) positif, dan H0 itu yang negatif" namun ada keraguan dalam nada suaranya. Karena pingin buktiin kata si Fe, akhirnya aku search2 lagi (padahal udah ngambil kelas statistik industri tapi belom paham2 juga hehehe). Karena aku gak terlalu suka buku statistik yang terlalu matematik (a.k.a gak paham), akhirnya aku cari yang isinya lebih banyak ceritanya daripada rumus, ketemulah buku "Intermediate Statistics for DUMMIES". Batinku "gue bgt nih judulnya". Eh benar, penjelasannya amazing! bukunya penuh joke jadi bacanya asyik bgt. secara singkat H0 adalah hipotesis/ asums...

Expect LESS.

Aku sudah sering banget dengar kata-kata diatas "Give more, expect less" , yang kurang lebih artinya "sedikit berharap banyak memberi". tapi suatu kisah tentang Nabi Muhammad SAW, membuat kata-kata itu menjadi lebih bermakna lagi buat aku. Beliau memberi contoh bahwa kita dituntut untuk memberi lebih banyak, atau memberi dengan pemberian yang lebih baik dengan contoh yang sederhana; menjawab salam. Ceritanya singkat aja. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” . Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW menjawab: ”Wa’alaika". perhatikan deh. Orang pertama: Keselamatan at...