Skip to main content

Membuat Visa ke Jerman Sama Sekali Gak Ribet



iPhoneku berbunyi dengan ringtone default-nya tidak jauh dari tempatku mengetik sekarang.

.... calling +62 21 39855016....

Tanpa ID.
Dari Jakarta?

Nomornya tidak tersimpan di kontakku, tapi aku tau persis siapa yang menelfon.

"Halo" terdengar suara wanita yang lembut di seberang sana. "Dengan sodari Vira?"
"Iya betul" tuh kan dugaanku pasti benar.
"kami dari kedutaan Jerman, ingin mengabarkan visanya sudah jadi".
"oh baik bu, hari Kamis bisa saya ambil?".
"oke, Kamis sebelum jam 10 ya, jangan lupa bawa passport dan kuitansinya".
"Kamis sebelum jam 10, terimakasih bu".

Singkat, tidak ada 3 menit.

Jika aku mengingat kembali perjalananku mengurus visa, bolak-balik Jogja-Jakarta, aku ingat sekali titik dimana aku hampir menyerah. Bukan hanya karena perjalanannya yang melelahkan dengan kereta, tapi juga passportku yang bermasalah dan harus aku perbaiki di kantor imigrasi. Ditambah ocehan teman yang sempat mematahkan semangat. "Jerman itu ribet banget visanya.. Semangat deh kamu".

Bahkan ada satu waktu karena harus mengurus visa, aku terpaksa bolos dua mata kuliah inti.

Dan yang paling melelahkan ketika aku harus belajar di atas kereta ekonomi Bogowonto, kereta yang berangkat pukul 18.55 dari Stasiun Pasar Senen dan tiba di Tugu Jogja pukul 03.28.

Pukul 07.30 di hari yang sama, aku harus ujian final BRM, hafalan semua, closed book.
disusul 10.00  ujian final SM, kasus dan analisa, open book.

Lelah.
Sungguh lelah demi sebuah cap berstempel German Embassy di halaman passport.

Bulan- bulan itu akhirnya aku lalui. Senang rasanya mengetahui bahwa aku tidak jadi menyerah. Tidak jadi mundur dari program pertukaran mahasiswa.

Untuk siapapun yang membaca tulisan ini dan akan mengurus visa negara Jerman, aku tekankan, tidak ada yang ribet, yang ada hanya ketat dan teratur. Mereka sangat rapi, perhatian pada detail, semua demi memastikan bahwa kamu adalah orang dengan niat baik yang masuk ke negaranya, dan di saat yang sama memastikan juga kamu tidak akan hidup terlunta di sana.

Baca website mereka baik-baik, pastikan kamu memahami prosedur pengurusan visanya dalam urutan yang logis.

Jangan pergi ke kedutaan Jerman dengan mental konsumen,  kamu yang butuh mereka, datangilah dengan mental pengemis.

Jika kelak mereka bersikap tegas dan jutek (bisa dipastikan begitu), kamu tidak akan merasa tersinggung.

~Yogyakarta, satu-satunya panggilan masuk yang menyenangkan hari ini.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Confidence Level dan Significance Level dalam Statistik

"Kenapa harus 95% confidence level?" tanya Anton, mahasiswa yang duduknya selalu di baris paling belakang sayap kiri. Sebuah pertanyaan yang bahkan ahli statistik pun memilih untuk mengatakan itu sebagai nilai moderate biar tidak memusingkan mahasiswa. Pak Zaki hanya manggut menunggu usaha tim presenter untuk menjawab pertanyaan klasik tersebut. Pandu yang paling vokal diantara anggota lainnya mulai membuka suara. Aku memperhatikan sesaat jawabannya. Tidak paham. -- Brain Games sebuah acara menarik di channel National Geographic menghibur diriku sore itu. Seorang pesulap mendekati pria secara acak untuk diajak bermain. "Kau tau berapa panjang sungai Amazon?" tanya si pesulap. Pria tersebut dengan segera menggelengkan kepala. Tampak soalnya terlalu susah. "Baiklah, biar aku permudah. Sebut saja sebuah interval angka antara berapa dan berapa kilometer panjangnya" kembali si pesulap menantangnya. 1 detik... 2 detik... 3 de...

Bagaimana Menentukan Ho dan H1?

Aku pernah berdiskusi dengan temanku Fe tentang penentuan hipotesis dalam statistik. waktu itu lagi bahas hm.. regresi linear kalo gak salah.. setelah lama ngobrol sambil aku bolak- balik catatannya dia yang super rapi itu, sampailah aku pada pertanyaan "terus yang membedakan H0 dan H1 apa dong?" sambil aku menatap bego, terus dia jawab "ya.. kalo H1 itu kan hipotesis yang (berbau) positif, dan H0 itu yang negatif" namun ada keraguan dalam nada suaranya. Karena pingin buktiin kata si Fe, akhirnya aku search2 lagi (padahal udah ngambil kelas statistik industri tapi belom paham2 juga hehehe). Karena aku gak terlalu suka buku statistik yang terlalu matematik (a.k.a gak paham), akhirnya aku cari yang isinya lebih banyak ceritanya daripada rumus, ketemulah buku "Intermediate Statistics for DUMMIES". Batinku "gue bgt nih judulnya". Eh benar, penjelasannya amazing! bukunya penuh joke jadi bacanya asyik bgt. secara singkat H0 adalah hipotesis/ asums...

Expect LESS.

Aku sudah sering banget dengar kata-kata diatas "Give more, expect less" , yang kurang lebih artinya "sedikit berharap banyak memberi". tapi suatu kisah tentang Nabi Muhammad SAW, membuat kata-kata itu menjadi lebih bermakna lagi buat aku. Beliau memberi contoh bahwa kita dituntut untuk memberi lebih banyak, atau memberi dengan pemberian yang lebih baik dengan contoh yang sederhana; menjawab salam. Ceritanya singkat aja. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” . Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW menjawab: ”Wa’alaika". perhatikan deh. Orang pertama: Keselamatan at...