Skip to main content

Seelcheid, Sebuah Desa Kecil yang Memukau di Köln

Dari stasiun pusat Siegburg aku menaiki bis kota ke Seelcheid yang memakan waktu kurang lebih 45 menit. Ibunya Lucas, Barbara sudah menungguku di halte. Karena sudah pernah melihat fotoku saat membuat perjanjian di internet, dengan yakin dia mendatangi dan memelukku "you must be Vira, right?" sambil tersenyum ramah.

Itu pelukan pertamaku di Eropa, sangat menghangatkan.

Waiting for bus 576 to Siegburg Bhf.


Rumah mereka kecil, mungil dengan halaman yang luas di belakang. Teras yang nyaman di halaman belakang untuk berjemur saat musim panas dilengkapi juga dengan kursi malas dan peralatan barbecue. Aku diantar ke atas untuk melihat kamar tempat aku akan tidur, terkejut saat masuk pertama dan menemukan kamarnya super berantakan. Tidak hanya itu, ditambah debu yang dapat terlihat jelas bahkan ketika aku tidak membersihkan apapun.

Well you can't expect more for only 10 euros per night.

Dengan seketika kecewa itu hilang ketika melihat lewat jendela kamar pemandangan pedesaan Seelcheid yang sangat sangat indah. Pemandangan yang umum menjadi wallpaper di layar komputer.

Aku terpukau.

Lovely! I could stay for hours just to enjoy this view.

Seperti melihat pemandangan alam sepanjang perjalanan antar kota di Jawa, ada bukit-bukit, pohon-pohon, sawah, terasering dan gunung. Hanya saja bedanya, kamu melihat tipe lain dari sebuah keindahan. Keindahan alam mereka indah dengan tipe yang berbeda. Hal yang sama bahwa Dian sastro itu cantik, Taylor swift juga cantik, tapi cantik mereka memiliki tipe yang berbeda. Paham kan?

Perasaan ngantuk seketika datang, padahal ini masih siang sekitar jam 12. Entah aku terlalu lelah atau inikah rasanya jetlag. Sambil menyimpan janji pada diriku sendiri untuk keluar menikmati pemandangan itu besok pagi, aku memilih untuk berbaring sebentar.

Asing, sungguh asing rasanya. Dan masih tidak percaya aku sekarang beribu-ribu mil jauhnya dari kasur empukku di Jogja. Seperti ini rasanya meraih mimpi. Bukan kenyamanan yang didapat, melainkan ketidaknyamanan yang anehnya menyenangkan dan menggairahkan.

Lalu aku menutup mata.

View from Lucas' room


Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Confidence Level dan Significance Level dalam Statistik

"Kenapa harus 95% confidence level?" tanya Anton, mahasiswa yang duduknya selalu di baris paling belakang sayap kiri. Sebuah pertanyaan yang bahkan ahli statistik pun memilih untuk mengatakan itu sebagai nilai moderate biar tidak memusingkan mahasiswa. Pak Zaki hanya manggut menunggu usaha tim presenter untuk menjawab pertanyaan klasik tersebut. Pandu yang paling vokal diantara anggota lainnya mulai membuka suara. Aku memperhatikan sesaat jawabannya. Tidak paham. -- Brain Games sebuah acara menarik di channel National Geographic menghibur diriku sore itu. Seorang pesulap mendekati pria secara acak untuk diajak bermain. "Kau tau berapa panjang sungai Amazon?" tanya si pesulap. Pria tersebut dengan segera menggelengkan kepala. Tampak soalnya terlalu susah. "Baiklah, biar aku permudah. Sebut saja sebuah interval angka antara berapa dan berapa kilometer panjangnya" kembali si pesulap menantangnya. 1 detik... 2 detik... 3 de...

Bagaimana Menentukan Ho dan H1?

Aku pernah berdiskusi dengan temanku Fe tentang penentuan hipotesis dalam statistik. waktu itu lagi bahas hm.. regresi linear kalo gak salah.. setelah lama ngobrol sambil aku bolak- balik catatannya dia yang super rapi itu, sampailah aku pada pertanyaan "terus yang membedakan H0 dan H1 apa dong?" sambil aku menatap bego, terus dia jawab "ya.. kalo H1 itu kan hipotesis yang (berbau) positif, dan H0 itu yang negatif" namun ada keraguan dalam nada suaranya. Karena pingin buktiin kata si Fe, akhirnya aku search2 lagi (padahal udah ngambil kelas statistik industri tapi belom paham2 juga hehehe). Karena aku gak terlalu suka buku statistik yang terlalu matematik (a.k.a gak paham), akhirnya aku cari yang isinya lebih banyak ceritanya daripada rumus, ketemulah buku "Intermediate Statistics for DUMMIES". Batinku "gue bgt nih judulnya". Eh benar, penjelasannya amazing! bukunya penuh joke jadi bacanya asyik bgt. secara singkat H0 adalah hipotesis/ asums...

Expect LESS.

Aku sudah sering banget dengar kata-kata diatas "Give more, expect less" , yang kurang lebih artinya "sedikit berharap banyak memberi". tapi suatu kisah tentang Nabi Muhammad SAW, membuat kata-kata itu menjadi lebih bermakna lagi buat aku. Beliau memberi contoh bahwa kita dituntut untuk memberi lebih banyak, atau memberi dengan pemberian yang lebih baik dengan contoh yang sederhana; menjawab salam. Ceritanya singkat aja. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” . Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW menjawab: ”Wa’alaika". perhatikan deh. Orang pertama: Keselamatan at...