![]() |
Grand Palace, Thailand. Taken with iPhone |
Thailand bukan pilihanku saat tim kami voting tujuan wisata untuk team building. Ada 4 pilihan yang dibuka:
Filipina, Vietnam, Thailand, dan Mongolia.
Tanpa pikir panjang aku memilih Mongolia. Aku pikir 3 negara sebelumnya punya kemiripan dengan Indonesia dan aku bisa kesana dalam waktu lain, ditambah dengan fakta bahwa untuk masuk ke Mongolia tidak mudah karena membutuhkan ijin khusus. Namun setelah kubu Mongolia bertarung sengit, akhirnya Thailand terpilih sebagai pemenang. Baiklah pertarungan usai.
Selama 4 hari disana, waktu banyak kami habiskan untuk mengunjungi landmark yang memang sudah ternama dan beberapa wisata laut yang sesungguhnya mengecewakan. Karena saat itu bulan puasa, aku bersikeras untuk tidak membatalkan puasaku dan di saat yang sama mengambil paket sea walker, semacam berjalan di dalam air namun dengan helm “astronot”.
Ok vir, lo puasa, tapi lo nyelam. Gak boleh ada air ketelan ok?
Challenge accepted!
Ali-alih melihat terumbu karang indah dan ikan-ikan langka yang jarang aku temui, yang aku lihat justru tidak ada. Iya tidak ada. Hanya air keruh yang membosankan. Pelatihnya mulai memberi kami roti untuk disebar agar ikan datang mendekat, tapi ikannya tampak acuh, mungkin kami adalah orang yang kesekian kalinya turun dan membagi roti. Ikannya sudah kenyang kali. Melihat hal ini, snorkeling yang menjadi aktifitas selanjutnya enggan aku ikuti, paling kayak tadi juga dasar lautnya..
Diantara semua kegiatan selama disana, yang paling aku senangi adalah parasailing. Sensasi terbang di udara dengan bantuan parasut membuat aku ketagihan. Lain kesempatan, akan aku lakukan lagi.
Walaupun gak banyak yang menyenangkan di Thailand, namun ada 1 hal yang berkesan:
TOILET
Mungkin terdengar biasa bagi beberapa orang, tapi setelah lama tinggal di Cina, toilet dengan shower untuk cebo di negara non-muslim itu mengejutkan! Seperti biasa aku selalu bawa botol untuk cebokan, tapi begitu masuk toilet disana, kehadiran shower cebo menjadi kejutan tersendiri. Mulai dari toilet hotel sampai toilet di tempat umum, semua punya shower cebo! Hidup shower cebo! 
Ada beberapa hal lain yang lucu terkait cebokan. Di apartemenku di Cina, aku tinggal bertiga dengan 2 pekerja asing lainnya. Suatu hari setelah bok*r, seperti biasa aku mencari gelas keramat yang biasa aku pakai untuk ambil air dari westafel buat cebokan. Aku mencari dan mencari namun tidak menemukannya. Haish, sudah terlanjur bok*r lagi.. Mungkin ibu cleaning service-nya membuang gelas itu. Maklum itu gelas dari kertas dan mungkin dia pikir gak ada yang pakai.
Lalu mataku tertuju pada gelas plastik punya temanku yang aku duga keras digunakan untuk berkumur saat menggosok gigi. I’m sorry my friend, I’m running out of options.. Aku yakin kalian bisa menduga akhir ceritanya. Tapi tenang ada jarak yang jauh antara gelasnya dengan ...
Hal lain yang aku ingat adalah saat di Jerman, aku satu apartemen dengan orang Turki yang juga muslim. Saat kami ngobrol asik berdua, tiba-tiba obrolan kami sampai pada soal cebokan.
“hey, kamu tahu gak kenapa ada gayung merah kecil di toilet kita?” pertanyaannya memancingku untuk menjawab. Aku menggeleng. “What is it for?” tanyaku pura-pura polos.
“Tapi jangan bilang siapa-siapa ya, aku pakai itu untuk mencuci kemaluanku setelah buang hajat hahaha”, tidak tahan karena telah menemukan teman satu misi, aku sambut ketawanya “me too! hahaha”
Belakangan aku baru sadar bahwa apartemen tempat aku tinggal di Jerman pemiliknya adalah muslim, jadi gayung merah itu memang sesuai dengan fungsi keberadaannya.
Comments
Post a Comment