Skip to main content

Kenapa Kita Butuh Akhirat

Berhenti di persimpangan lampu lalu lintas, melihat ke arah para wanita yang menggendong anaknya sembari memainkan alat musik asal buat.

Melewati kawasan kumuh di jalanan Jakarta beberapa waktu lalu.

Duduk di sebelah seorang wanita dengan penyakit kulit yang tampak ia derita di sekujur tubuhnya.

Setiap kali aku melihat mereka yang tidak lebih beruntung dari aku, di majalah, koran, televisi, bahkan dunia nyata sekalipun. Hati ini membisikkan sebuah ayat di Al-Quran, sebuah ayat yang tak sengaja aku baca dan seketika aku hafalkan karena indahnya, ucapan rasa syukur Nabi Sulaiman AS kepada Tuhannya.

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

"Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".

Betapa beruntungnya aku,

dan betapa adilnya Tuhan.

Dia menciptakan akhirat sebagai tempat kembali yang terakhir, bukan dunia.

Dunia, melahirkan si A di keluarga kaya dan si B di keluarga miskin.
Dunia, memberi penyakit pada si C dan memberi sehat pada si D.
Dunia, melebihkan si E dan membiarkan kurang si D.
Dunia, menjadikan baik rupa si F dan buruk rupa si G.
Dunia, memenangkan si jahat dan membiarkan lemah si baik hati.

Tidak ada yang bisa memilih untuk terlahir dari keluarga kaya, memiliki rupa yang menawan, badan sehat tanpa mewarisi sakit yang turun temurun.

Akhirat, mencatat segala yang tertulis pada kertas putih saat pertama kali memasuki dunia- detail dan akurat.
Akhirat, tempat pembalasan segala hal yang tertunda di dunia.
Akhirat, memberi peringatan kepada mereka yang hidupnya lebih di dunia
Akhirat, memberi harapan kepada mereka yang hidupnya kurang di dunia
Akhirat, tempat dimana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan tempat kembali terbaik, surga.
Akhirat, bukti terbaik bentuk keadilan Tuhan.

Betapa adilnya Tuhan yang menciptakan akhirat sebagai tempat kembali yang terakhir.

Akhirat, alhamdulillah ada. 
Tulips at spring, this is my favorite flower in my favorite season. At Merheim Hospital.

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Menentukan Ho dan H1?

Aku pernah berdiskusi dengan temanku Fe tentang penentuan hipotesis dalam statistik. waktu itu lagi bahas hm.. regresi linear kalo gak salah.. setelah lama ngobrol sambil aku bolak- balik catatannya dia yang super rapi itu, sampailah aku pada pertanyaan "terus yang membedakan H0 dan H1 apa dong?" sambil aku menatap bego, terus dia jawab "ya.. kalo H1 itu kan hipotesis yang (berbau) positif, dan H0 itu yang negatif" namun ada keraguan dalam nada suaranya. Karena pingin buktiin kata si Fe, akhirnya aku search2 lagi (padahal udah ngambil kelas statistik industri tapi belom paham2 juga hehehe). Karena aku gak terlalu suka buku statistik yang terlalu matematik (a.k.a gak paham), akhirnya aku cari yang isinya lebih banyak ceritanya daripada rumus, ketemulah buku "Intermediate Statistics for DUMMIES". Batinku "gue bgt nih judulnya". Eh benar, penjelasannya amazing! bukunya penuh joke jadi bacanya asyik bgt. secara singkat H0 adalah hipotesis/ asums

Expect LESS.

Aku sudah sering banget dengar kata-kata diatas "Give more, expect less" , yang kurang lebih artinya "sedikit berharap banyak memberi". tapi suatu kisah tentang Nabi Muhammad SAW, membuat kata-kata itu menjadi lebih bermakna lagi buat aku. Beliau memberi contoh bahwa kita dituntut untuk memberi lebih banyak, atau memberi dengan pemberian yang lebih baik dengan contoh yang sederhana; menjawab salam. Ceritanya singkat aja. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” . Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW menjawab: ”Wa’alaika". perhatikan deh. Orang pertama: Keselamatan at

Perbedaan Confidence Level dan Significance Level dalam Statistik

"Kenapa harus 95% confidence level?" tanya Anton, mahasiswa yang duduknya selalu di baris paling belakang sayap kiri. Sebuah pertanyaan yang bahkan ahli statistik pun memilih untuk mengatakan itu sebagai nilai moderate biar tidak memusingkan mahasiswa. Pak Zaki hanya manggut menunggu usaha tim presenter untuk menjawab pertanyaan klasik tersebut. Pandu yang paling vokal diantara anggota lainnya mulai membuka suara. Aku memperhatikan sesaat jawabannya. Tidak paham. -- Brain Games sebuah acara menarik di channel National Geographic menghibur diriku sore itu. Seorang pesulap mendekati pria secara acak untuk diajak bermain. "Kau tau berapa panjang sungai Amazon?" tanya si pesulap. Pria tersebut dengan segera menggelengkan kepala. Tampak soalnya terlalu susah. "Baiklah, biar aku permudah. Sebut saja sebuah interval angka antara berapa dan berapa kilometer panjangnya" kembali si pesulap menantangnya. 1 detik... 2 detik... 3 de