Skip to main content

Ketika Aku Menjelaskan Konsep Agama Kepada Orang Cina

Cerita ini didedikasikan untuk my brilliant best firend: Istiqamah Hafid yang ulang tahun hari ini 6 Agustus, 2015. Lama gak sharing kan ty kita, ini hadiah ultah sementara aku kasih cerita ya :p

Kenapa buat Isty, soalnya waktu aku harus buat ppt utk presentasi ini (dan ppt utk setiap presentasi apapun), aku selalu keinget dia yang kalo buat ppt super cakep! Setiap tugas kelompok kuliah kalo presentasi dulu, pasti yang buat pptnya Isty, dan sepertinya keahlian dia yang satu ini gak nular ke aku :')

One of my favorite moments with her

--
Salah satu diantara banyak hal yang aku sukai adalah menjelaskan sesuatu hal yang baru kepada orang yang belum memahami hal tersebut sebelumnya.

Siang itu manajer produk mendatangiku “hey vira, I want you to present about bulan puasa to me and all the marketing team”. Aku sedikit tertawa saat dia mengucapkan bulan puasa karena terdengar sedikit aneh. Dengan cepat aku iyakan saja.

Permintaan yang dapat dipahami mengingat tidak ada satupun karyawan yang berjumlah 1000-an di kantor itu beragama Islam. Ramadhan sebentar lagi,  dan tim marketing sangat perlu mengetahui bulan apa itu untuk bisa membuat konten pemasaran yang relevan. Menarik mengetahui dunia begitu borderless, gagasan produk diciptakan di satu belahan bumi, sementara penikmat produk di belahan bumi lainnya.

Aku tidak ingin menjelaskan bahwa Ramadhan hanya sekedar menahan makan dan minum, karena itu bukan esensinya. Ini sedikit susah, menjelaskan ritual agama kepada umat agama lain masih lebih mudah daripada menjelaskannya kepada orang yang sama sekali tidak beragama.

Make it simple vir, ingat cuma perlu mengkaitkan Ramadhan dan implikasinya ke strategi pemasaran. Hati kecilku terus mengatakan itu, satu per satu aku mulai menghapus beberapa ayat Al-Quran yang aku tulis di ppt. They don't need this.

Dan akhirnya 10 slide selesai. Tanpa desain, sedikit warna-warna yang aku sadar gak pas, and yes you came across my mind Isty! #needhelp
Ibarat lipstik ini ppt ku yang harga 50 ribu, kalau yang buat Isty jadi 500 ribu :D

Duduk disitu atasan langsungku, manajer produk untuk pasar Indonesia, dan 3 orang inti pemasaran. Sebenarnya aku bukan dari divisi pemasaran, ini bukan tugasku, yet I was so excited!

“Basically puasa means no eating, no drinking, and no having sex from dawn to dusk” penjelasanku yang singkat di slide pertama mengundang tawa kecil. Tidak peduli seberapa dewasanya kamu, sedikit saja konten seks di saat yang serius bisa jadi hal yang lucu.

Slide demi slide sampai akhirnya aku harus menjelaskan satu slide yang paling penting dari yang lainnya.

“This is the basic fundamental belief of Islam” kalimat pertamaku memulai penjelasan. “Kalau kalian memahami ini, kalian akan paham kenapa muslim melakukan apa yang mereka lakukan, termasuk kenapa mereka puasa di bulan Ramadan padahal sebenarnya ada pilihan untuk tidak melaksanakannya” aku melanjutkan.

Aku hanya menaruh gambar timbangan di slide itu. Satu timbangan lebih berat dari yang lainnya. Aku sisipkan tulisan “amal baik” dan “amal buruk”.

“Muslim sangat meyakini bahwa ada kehidupan sesudah kematian, dan itulah kehidupan yang abadi. Disana nanti hanya ada dua tujuan, surga atau neraka. Kalian pernah dengar surga dan neraka kan?” Semua hanya mengangguk cepat.

Oke bagus, mempersingkat penjelasanku.

“Masalahnya sekarang, bagaimana mengetahui siapa yang pantas ke surga atau siapa yang ke neraka.” Tidak ada reaksi, semua serius.

“Tuhan punya caranya, Dia menciptakan timbangan. So this is how it works.” Aku tarik nafas panjang satu kali, caraku untuk mencuri waktu demi menata kalimat selanjutnya yang akan aku sampaikan.

“Dia mencatat seluruh perbuatanmu di dunia. Jika perbuatan baikmu lebih banyak maka timbangan kebaikan akan lebih berat dan itu berarti kamu masuk surga, dan jika yang terjadi sebaliknya kamu ke neraka”.

Mudah.

“Yang menarik adalah saat bulan Ramadhan, segala perbuatan baik dilipatgandakan pahalanya.”

“Begitu juga dengan perbuatan buruk?” tanya atasanku.

“oh enggak, hanya yang baik saja.” jawabku.

“Kenapa begitu?

“hmmm, karena Tuhan baik?” Aku tidak sadar jawabanku yang seharusnya pernyataan, entah kenapa jadi pertanyaan. Terang saja disambut tawa.

Anyway, itu artinya 10 yuan yang kita donasikan di bulan Ramadhan misalnya, akan diberi balasan sama dengan seolah-olah kita memberikan 20 yuan, kurang lebih begitu”. Potongku cepat mengalihkan pembicaraan.

“Jadi intinya, karena balasan kebaikan dilipatgandakan maka kalian akan melihat bahwa selama bulan Ramadhan segala sesuatu akan mengajak pada hal yang positif, termasuk pesan iklan di televisi”.

Aku mulai mengetik kata kunci di Google: video iklan versi ramadhan.
Menunjukkan satu per satu hasil pencarian video iklan ke mereka, bagaimana segala hal memiliki pesan begitu positif ketika Ramadhan datang.

Ide-ide mulai keluar dari tim pemasaran. Aku disitu merasa seperti seorang penasihat yang hanya menilai setiap gagasan yang muncul, relevan atau tidak dengan momen Ramadhan, dan dengan kultur Indonesia.

“Oke, ini slide terakhir” Aku mulai melanjutkan lagi presentasiku yang sempat terpotong oleh ide yang mengalir. Judul di slide itu: IDUL FITRI.

“Idul fitri menandai berakhirnya Ramadhan. Secara harfiah Idul berarti hari besar, dan fitri adalah bersih. Jadi Idul fitri berarti kembali bersih di hari besar, lebih tepatnya bersih dari dosa”.

“Karena itu saat Idul fitri kita mengucapkan kalimat permintaan maaf untuk memohon maaf atas kesalahan kita kepada orang lain. Kalian tahu kenapa kita melakukan itu?” Tanpa berharap mereka menjawab, aku kembali ke slide sebelumnya.

“Karena ini.” Aku menunjukkan kembali gambar timbangan.

“Beberapa dari banyak hal yang termasuk perbuatan yang memperberat timbangan keburukan adalah berkata bohong, menyakiti perasaan orang lain, mencuri dst. Jika aku meminta maaf kepada setiap orang yang pernah aku perlakukan buruk, kemudian mereka memaafkanku, maka secara logika beban di timbangan burukku akan terhapus karena pemberian maaf dari mereka meng-undo semuanya.”

Aku berhenti 2 detik untuk memastikan mereka paham. Lalu melanjutkan lagi.

“Kesimpulannya, timbangan keburukanku akan berkurang sehingga menjadi lebih ringan. Dan jika demikian tujuan manakah yang akan aku dapat nanti di kehidupan selanjutnya?!”.

Suara amat pelan di antara mereka menjawab “heaven”.

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Menentukan Ho dan H1?

Aku pernah berdiskusi dengan temanku Fe tentang penentuan hipotesis dalam statistik. waktu itu lagi bahas hm.. regresi linear kalo gak salah.. setelah lama ngobrol sambil aku bolak- balik catatannya dia yang super rapi itu, sampailah aku pada pertanyaan "terus yang membedakan H0 dan H1 apa dong?" sambil aku menatap bego, terus dia jawab "ya.. kalo H1 itu kan hipotesis yang (berbau) positif, dan H0 itu yang negatif" namun ada keraguan dalam nada suaranya. Karena pingin buktiin kata si Fe, akhirnya aku search2 lagi (padahal udah ngambil kelas statistik industri tapi belom paham2 juga hehehe). Karena aku gak terlalu suka buku statistik yang terlalu matematik (a.k.a gak paham), akhirnya aku cari yang isinya lebih banyak ceritanya daripada rumus, ketemulah buku "Intermediate Statistics for DUMMIES". Batinku "gue bgt nih judulnya". Eh benar, penjelasannya amazing! bukunya penuh joke jadi bacanya asyik bgt. secara singkat H0 adalah hipotesis/ asums

Expect LESS.

Aku sudah sering banget dengar kata-kata diatas "Give more, expect less" , yang kurang lebih artinya "sedikit berharap banyak memberi". tapi suatu kisah tentang Nabi Muhammad SAW, membuat kata-kata itu menjadi lebih bermakna lagi buat aku. Beliau memberi contoh bahwa kita dituntut untuk memberi lebih banyak, atau memberi dengan pemberian yang lebih baik dengan contoh yang sederhana; menjawab salam. Ceritanya singkat aja. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah” Maka Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh” . Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan “Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW menjawab: ”Wa’alaika". perhatikan deh. Orang pertama: Keselamatan at

Perbedaan Confidence Level dan Significance Level dalam Statistik

"Kenapa harus 95% confidence level?" tanya Anton, mahasiswa yang duduknya selalu di baris paling belakang sayap kiri. Sebuah pertanyaan yang bahkan ahli statistik pun memilih untuk mengatakan itu sebagai nilai moderate biar tidak memusingkan mahasiswa. Pak Zaki hanya manggut menunggu usaha tim presenter untuk menjawab pertanyaan klasik tersebut. Pandu yang paling vokal diantara anggota lainnya mulai membuka suara. Aku memperhatikan sesaat jawabannya. Tidak paham. -- Brain Games sebuah acara menarik di channel National Geographic menghibur diriku sore itu. Seorang pesulap mendekati pria secara acak untuk diajak bermain. "Kau tau berapa panjang sungai Amazon?" tanya si pesulap. Pria tersebut dengan segera menggelengkan kepala. Tampak soalnya terlalu susah. "Baiklah, biar aku permudah. Sebut saja sebuah interval angka antara berapa dan berapa kilometer panjangnya" kembali si pesulap menantangnya. 1 detik... 2 detik... 3 de