Spot favoritku untuk jalan santai adalah di sepanjang sungai Zhujiang. Suasana disini serupa dengan Marina Bay di Singapur tapi jauh lebih jelek
Percakapan kita bisa mengenai apapun, mulai dari rutinitas pekerjaan, ngobrolin kebiasaan orang Cina dan menjadikannya lelucon, sampai hal-hal yang sangat bijak yang biasanya hanya diperbincangkan oleh orang tua kepada anaknya.
Kami sama sekali jauh berbeda, hampir di setiap detail; kebiasaan, minat, kepribadian dst. Karena itu aku merasa banyak belajar dari dia. Dan mungkin 1/3 tulisanku tentang Cina akan selalu melibatkan dia sebagai inpirasi dalam tulisanku.
“Kau tahu..” katanya suatu waktu. “Penting untuk menghabiskan waktu dengan alam luar”. Aku yang sangat homy dan malas keluar rumah ini hanya mendengarkan, kali ini aku muridnya.
Kalau kita banyak menghabiskan waktu dengan alam, kita akan punya semacam koneksi dengan lingkungan sekitar. Dengan udara, dengan pohon, dengan langit, semuanya. Ketika kita menghirup udara yang kotor, kita akan kesal karenanya, kita melihat jalan yang tandus, kita bertanya kemana pohon-pohon yang rindang, atau ketika kita jalan pagi dan tidak melihat langit yang cerah melainkan hanya langit yang tertutupi polusi udara kita akan kecewa. Kalau kita jarang keluar dan tidak melihat lingkungan alam di luar sana, kita tidak akan mengalami rasa kesal itu, dan akhirnya kita cuek. Sampai itu menjadi hal yang luar biasa mengganggu barulah kita bersuara.
Buatku, dia mirip aktivis lingkungan malam itu yang sedang melakukan kampanye privat.
Lebih jauh lagi, saat kita mulai “dekat” dengan alam sekitar, kita akan lebih peka pada hal-hal kecil semacam mematikan lampu saat tidak dipakai, atau mencuci di satu waktu ketika cucian banyak untuk menghemat penggunaan listrik di mesin cuci. Kita melakukannya karena kita tahu semua itu pada gilirannya akan berdampak pada mereka; pohon, udara dst.
Tidak heran, pernah suatu malam aku terbangun untuk pipis dan menyalakan lampu ruang tengah. Kemudian aku lupa mematikannya hingga pagi. Keesokannya dia bertanya:
“kau menyalakan lampu ruang tengah semalam?”
“iya, aku pergi pipis, aku lupa matiin”
“kamu bisa tolong untuk mematikannya lain waktu? aku terganggu”
“hah? memangnya cahaya lampu ruang tengahnya sampai di kamarmu?” tanyaku heran.
“kita harus menghemat energi” lanjutnya dengan suara tidak yakin aku bisa menerima argumennya.
Aku ingin menambahkan bahwa perusahaan kami yang menanggung semua biaya apartemen termasuk utilitasnya, tapi aku tidak mengeluarkan kalimat itu karena aku tau bukan itu intinya.
Udah vir, skakmat.
“Oke maaf, aku sudah bilang aku lupa” kalimatku mengakhiri perdebatan.
Comments
Post a Comment